Joy of Discovery (JOD)

Ehm… pengen share sedikit guys mengenai pengalaman pertama gue mengikuti kelas Joy of Discovery (JOD) di SEP Mudika XII, Shekinah malam ini. Pas pertama kali ngebayangin kelas ini gue pikir gue bakal ngantuk banget ngikutinnya karena bakal bahas yang namanya Kitab Suci alias Alkitab (Hahahaa… ya…ya… Ketahuan banget emang gue jarang baca Alkitab di kehidupan sehari-hari gue sebelumnya. I’m sorry, God.), but that’s true guys! Karena alasan inilah gue bisa berada di kelas JOD ini. Karena selalu bertanya-tanya ‘gimana sih cara mempelajari Alkitab yang baik?’ ‘Gimana supaya Alkitab itu bisa memberi sukacita untuk kita?’ dan masih banyak pertanyaan lain yang muter-muter di kepala kalau melihat Alkitab tergeletak begitu saja di lemari…

Well, menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut gue niatin untuk ikut kelas pendahuluan JOD malam ini. Dan ternyata ada sesuatu yang menarik disini. Ingatan gue mendadak melayang ke enam tahun lalu, sekitar tahun 2008 gue pernah melakukan sebuah penelitian analisis wacana Novel Clara Ng yang berjudul Dimsum Terakhir. Hubungannya adalah sama-sama melakukan sebuah ‘penelitian’ melalui teks dan menemukan sebuah makna yang berbeda dari penelitian tersebut.

Ohya, sebelum bahas mengenai JOD ini, gue pengen bilang ke teman-teman sesama Kristiani bahwa Alkitab itu layaknya surat cinta yang Tuhan wariskan untuk kita anak-anak-Nya. Dan, betapa sedihnya Tuhan jika kita tak pernah meluangkan waktu sedikitpun untuk memahami surat cinta yang sudah susah payah Tuhan tujukan bagi kita.

Nah, ternyata gue baru tahu, bagi awam seperti gue ini dibutuhkan metode khusus untuk memahami Kitab Suci, salah satu metode yang menarik adalah Joy of Discovery.
images
“Hanya bila kebenaran ditemukan,
maka kebenaran itu dihayati,

Bila seseorang hanya diberitahu suatu kebenaran,Ā 
maka kebenaran itu tetap asing baginya,
Dan ia begitu mudah melupakannya.

Bila ia dituntun untuk menemukan kebenaran itu sendiri,
maka kebenaran itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirinya & ia tidak akan pernah melupakannya.”

(Barclay)

Ya, kutipan diatas cukup membuat gue mengangguk berulang kali di kelas. Cukup jelas dikatakan bahwa jika kita mencari kebenaran itu sendiri maka kita takkan mudah lupa dan akan menjadi bagian dari diri kita sendiri. Banyak dari kita membaca ayat hanya menyimpulkan kesimpulan layaknya membaca koran ataupun novel. Padahal memahami kitab suci bukan sekedar membaca ayat saja, tapi mengerti bagaimana budaya dan zaman pada saat itu terjadi. Apakah masih sesuai jika diterapkan pada masa kini?

Berikut adalah beberapa cara untuk memahami Alkitab menurut metode JOD :
1. Meneliti dengan mata
Yaitu secara seksama melihat apa yang ditulis oleh pengarang.
2. Menafsirkan
Yaitu menafsirkan secara obyektif apa maksud penulisan itu.
3. Menyimpulkan
Yaitu menyimpulkan pokok pikiran secara singkat
4.Menilai
Yaitu dengan jujur menilai maksud penulisan dan relevansinya dengan kondisi saat ini.
5. Menerapkan
Yaitu menerapkan secara pribadi kebenaran yang didapatkan
6. Mewujudkan
Yaitu mewujudkan keyakinan kita secara nyata.

Contoh metode JOD kemarin malam dimulai dari Kitab Markus 10:46-52 :

10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” 10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” 10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” 10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 10:51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” 10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Nah dari sini muncul banyak pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh gue secara pribadi. Biasanya 1 perikop masih ada hubungannya dengan perikop sebelumnya maupun sesudahnya.

1. Untuk apa Yesus ke Yerikho?
2. Mengapa Yesus bertemu pengemis buta setelah keluar dari Yerikho? Kenapa pas tadi tiba di Yerikho tidak bertemu dengan pengemis buta?
3. Mengapa orang banyak tersebut berbondong-bondong mengikuti Yesus?
4. Mengapa pengemis buta itu bisa menyebut Yesus “Anak Daud, kasihanilah aku!” padahal ia buta?
5. Mengapa orang menegornya untuk diam? Dan mengapa setelah itu salah seorang dari mereka berkata “kuatkan hatimu, berdirilah ia memanggil engkau.” ?
6. Mengapa pengemis buta menanggalkan jubahnya yang merupakan harta satu-satunya?
7. Mengapa Yesus berkata panggilah dia ? Mengapa tidak mendekati saja si pengemis buta tersebut?

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan teman-teman sekelas kemarin malam. Begitu penasarannya kami dengan cerita “Yesus menyembuhkan Bartimeus”. Tugas kami hanyalah menemukan hal apa dibalik isi ayat tersebut melalui arti kontekstual.

Sejauh ini tidak ada larangan dari otoritas Gereja Katolik di Jakarta dan metode ini telah dipakai juga oleh para romo seperti Rm. Sugiri, & Rm. Martin Harun yang menulis tafsiran bacaan Injil untuk tahun A, B, & C (masa biasa & masa khusus). Oleh karena itu ada beberapa buku penunjang untuk metode JOD ini. Namun, pengajar kami Pak Heru, yang kebetulan kepala sekolah Shekinah menyarankan pada kami untuk tidak membeli buku dulu, karena buku-buku penunjang akan dipinjamkan pada kami setiap masuk kelas di hari Selasa malam. Ada kamus bahasa Indonesia, ada buku “kata kunci” Alkitab, ada buku tafsiran dari khotbah-khotbah romo. Itu semua buku penunjang yang akan menuntun kita semua untuk menemukan sesuatu dari ayat-ayat yang kita baca tadi, dan meneliti satu persatu dengan 6 langkah diatas tadi.

Kita hanya akan menemukan sesuatu dari ayat-ayat itu jika kita berusaha meneliti, mencari, dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Pengajar hanya akan menuntun kami dalam sesi JOD ini lewat ‘tugas’… So, gue pikir tahun ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk lebih memahami lagi kehidupan spiritual gue. Dan gue pikir ini sesuatu yang penting untuk kehidupan gue seterusnya.

Mungkin jika gue sudah berhasil melewati 9 bab dalam silabus kelas JOD ini (amiiin, moga bisa sampe selesai. šŸ˜€ ), gue bakal share apa yang gue dapatkan. Kalau di postingan kali ini, gue hanya pengen teman-teman tahu, bahwa ternyata memahami Alkitab itu tak seperti membaca bacaan biasa, kita perlu mengimani…Ketika kita berhasil mengimani, di saat itulah kita dididik lebih baik lagi oleh Tuhan sendiri. šŸ™‚

With Love,

@yohannayang
12.02.2014

Leave a comment